Ad Code

Responsive Advertisement

ramuan tradisional untuk TBC

Dari beberapa ramuan tradisional hasil browsing dini hari ini, kupilih Daun Singawalang (Petiveria alliacea),

Cara Membuatnya :
Lima lembar daun singawalang ditumbuk halus sampai seperti bubuk lalu diseduh dengan setengah gelas air panas, kemudian bubuhi
garam dan gula merah secukupnya. Aduk sampai bahan-bahan itu larut, lalu disaring, setelah masih hangat diminum, sehari cukup minum dua kali saja.
sumber : http://blogs.unpad.ac.id/die_314924/index.php?paged=2


Singawalang merupakan salah satu tanaman dalam famili Phytolaccaceae (gandola-gandolaan). Sebagai tanaman introduksi, singawalang masuk ke Indonesia melalui India. Terna kecil berbentuk semak-semak merunduk ini tingginya bisa mencapai 1 m. Berdaun jorong dengan panjang 6 – 19 cm, meruncing atau lancip, tajam lampai, dan tak bertajuk. Buahnya longkah berbentuk garis seperti taji sepanjang 6 mm.
Singawalang dapat tumbuh subur di kebun-kebun di daerah panas. Ciri khasnya, berbau seperti marga bawang (Allium). Ia dapat memberi bau tak enak pada susu dan daging dari ternak yang memakan daunnya.
Karena berkhasiat obat, pada 10 April 1993, presiden RI ketika itu, Soeharto, menjulukinya daun tangguh. Budidayanya pun telah berhasil dilakukan untuk diambil daunnya sebagai bahan obat kanker.
Berdasarkan pengamatan lapangan maupun studi etnobotani di salah satu kampung di Bogor, diketahui tanaman singawalang sudah lama digunakan masyarakat secara turun-temurun sebagai obat tradisional penderita muntah darah (pneumonia) akibat penyakit TBC. Pengobatan tradisional ini juga banyak membantu penderita di sebagian belahan dunia. Upaya penelitian pun dilakukan dalam bidang etnobotani maupun farmakologi terhadap singawalang.

Singawalang, sudah dibudidayakan.

Di daerah asalnya, yakni Amerika tropis, singawalang digunakan sebagai bahan obat insektisida dan obat batuk rejan secara tradisional. Oleh penduduk setempat tanaman ini juga digunakan sebagai obat minum peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak (ekspektoran), peluruh keringat (sudorifik), peluruh cacing (vermifuga), pereda kekejangan (antipasmodik), dan obat bagi penderita penyakit saraf.

Di Haiti, daun dan akarnya yang ditumbuk digunakan sebagai obat isap bagi penderita radang sakit kepala sebelah (migren). Serbuk daunnya dimanfaatkan pula sebagai bahan obat cuci mulut pasien yang sakit gigi. Sementara masyarakat Dominika memanfaatkan air rebusan akar singawalang untuk mengobati penyakit rematik dan radang paru-paru (pneumonia) (Weniger B., 1988)
Penelitian terhadap khasiat singawalang juga dilakukan dalam proyek penelitian yang disebut TRAMIL. Penelitian ini melibatkan berbagai disiplin ilmu, macam etnologi, botani, fitokimia, farmasi, kedokteran, dan masyarakat umum. Tujuannya, mengkaji lebih mendalam pengobatan tradisional yang bersifat populer, termasuk dengan ramuan tanaman singawalang, di Haiti, Republik Dominika, dan negara lainnya di kawasan Karibia.
Menurut Weniger B. dkk. dalam Elements For A Caribbean Pharmacopeia (1988), berdasarkan hasil analisis kimia di dalam tanaman singawalang terkandung senyawa triterpenes jenis isoarbinol, asetat, cinnamate isoarbinol, dan coumarin. Akar dan batangnya mengandung bahan jadian sulfur, benzthydroxyethyltrisulfide, trithiolaniacine, benzenic, bensaldehyde, dan benzoic acid.

Banyak manfaatnya, tapi sedikit beracun
Dari hasil uji coba pada hewan tikus di laboratorium Universitas Illionis Chicago, diketahui tanaman singawalang memiliki aktivitas antiradang (inflamantori), karena dengan segera menyalurkan nanah akibat radang. Ia juga mampu bertindak sebagai pereda sakit akibat timbunan asam asetat dalam selaput perut tikus.
Tes perlakuannya dimulai dari rebusan daun kering singawalang dengan dosis tepat disesuaikan dengan bobot tikus. Hasil pengamatan yang dilakukan, ternyata dengan dosis 6,25 g/kg bobot badan singawalang mengalangi timbunan cairan dan gas dalam jaringan (edema) pada kaki tikus. Pada dosis 10 g/kg terjadi pengurangan asam asetat yang mengakibatkan menggeliatnya tikus-tikus tersebut, tetapi tidak terdapat gejala keracunan setelah pengamatan selama tujuh hari berturut-turut.
Dari pengamatan in vitro, diketahui senyawa aktif singawalang mampu melawan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan jamur Histoplasma capsulatum. Atas dasar itu, senyawa ini dapat digunakan sebagai bahan obat antibakteri maupun antijamur. Namun, dalam ekstrak encer ia tidak menunjukkan pengaruhnya.
Senyawa tadi juga merangsang aktivitas darah putih (phagocytic) di sistem limpa, butiran getah bening, tulang belakang, dan hati (reticuloendothelial system) dalam membunuh kuman-kuman dan unsur-unsur asing lainnya. Sebaliknya, ia tidak aktif sebagai antitumor. Hasil itu diperoleh dari uji coba dengan dosis 360 mg/kg terhadap 100 ekor tikus, yang pada akhirnya separuh jumlah tikus tadi mati (LD50).
Berdasarkan analisis dan uji coba tersebut diperoleh gambaran, tanaman obat singawalang sedikit beracun. Namun, bila dimanfaatkan dengan hati-hati ia dapat digunakan sebagai bahan obat radang sakit kepala sebelah (migren) dan obat kumur untuk penderita sakit gigi. Sedangkan berdasarkan aktivitas biologi, singawalang dapat digunakan sebagai obat rematik, radang paru-paru (pneumonia), dan gas dalam perut (flatulence)
Berdasarkan pengalaman, setelah pengobatan selama seminggu penderita mulai merasakan tanda-tanda kesembuhan. Meski begitu sebaiknya penderita tetap memeriksakan diri ke dokter. Jika dari hasil diagnosis ia dinyatakan sembuh, lanjutkan pengobatan pencegahan dengan mengurangi hari minum menjadi tiga hari dalam seminggu. Hentikan pengobatan bila terasa sembuh betul. (Drs. Samiran)

perlu waspada, TBC bis menyerang ginjal lho...

Sebagai penyakit infeksi menahun, TBC dapat menular melalui berbagai cara. Di antaranya lewat udara pernapasan atau dahak penderita TBC aktif yang batuk. Pada ibu hamil penderita TBC, penularannya ke bayi melalui plasenta, sehingga bayi yang dilahirkan akan menderita TBC kongenital (sejak lahir).
Salah satu penyebab penyakit ini adalah bakteri jenis Mycobacterium tuberculosis hominis. Mycobacterium tuberculosis bovin, yang biasa berjangkit pada hewan, juga dapat ditularkan melalui air susu sapi mentah. Mycobacterium tuberculosis avium pada burung kadang-kadang diketahui pula menyerang manusia.
Bakteri penyebab TBC awalnya ditemukan pada 1882 oleh ahli bakteri Jerman, Robert Koch. Bentuknya panjang seperti tubercle bacillus (bakteri berbentuk seperti kapsul) . Sinar matahari langsung dapat membunuh basil penyebab TBC dalam beberapa menit. Sebaliknya, basil dapat bertahan hidup dengan cara berlindung pada air liur dan nanah lebih lama. Bahkan, di dalam kondisi gelap dan tempat sejuk ia bisa hidup beberapa bulan.
Menurut D.G. Cooley dalam Family Medical Guide, faktor yang memudahkan timbulnya penyakit TBC pada manusia umumnya berhubungan dengan keadaan ekonomi yang serba kurang, perumahan kurang sehat dengan penghuni terlalu padat, makanan kurang bergizi, dan penyakit infeksi berulang.
Sebagai penyakit sistemik, TBC dapat menyerang semua alat tubuh. Umpamanya paru-paru, susunan saraf pusat, ginjal, tulang, sendi, dsb. Namun, penyakit ini paling sering menyerang paru-paru.
Gejala klinisnya sangat bervariasi dan tergantung pada luasnya, lamanya, dan jenis alat tubuh yang sakit. Gejala umum biasanya demam, batuk, batuk darah (pneumonia), kelemahan, tidak nafsu makan, bobot badan merosot, kurang darah (anemia), dsb. Gejala khusus bila infeksi mengenai alat tubuh di luar paru-paru, semisal perubahan cairan otak, kejang, dan menurunnya kesadaran akibat TBC pada susunan saraf pusat, atau kencing darah akibat TBC pada ginjal.
http://anekaplanta.wordpress.com/2008/02/29/singawalang-si-tangguh-melawan-tbc/

Ramuan lain bisa juga di coba sbb:

Ramuan TBC 1

Bahannya :
- Daun Pare muda secukupnya
- Adas Pulosari secukupnya
- Gula Aren secukupnya
- Air 2 gelas

Cara membuanya :
Kumpulkan bahan diatas lalu cuci hingga bersih, lalu direbus sampai airnya tersisa 1 gelas. Kemudian campurkan gula Aren dan aduk sampai rata. Setelah air rebusan tersebut dingin baru diminum pada pagi, siang dan sore setelah makan. Ramuan tersebut hanya untuk sekali pakai. Lakukan sampai benar-benar sembuh.

Ramuan TBC 2

Bahannya :
- Daun Singawalang segenggam
- Air 2 gelas

Cara membuatnya :
Setelah dicuci bersih, bahan tersebut direbus hingga airnya tinggal 1 gelas. Setelah dingin diminum. Lakukan tiap pagi, siang dan sore setelah makan sampai penyakit benar-benar sembuh.

Ramuan TBC 3

Bahannya :
- Kayu Secang yang telah dipotong kecil-kecil
- Segelas air mendidih

Cara membuatnya :
Setelah dicuci bersih kayu Secang diseduh dengan air yang benar-benar mendidih. Biarkan airnya menjadi merah. Diminum setelah dingin dan lakukan dua kali sehari setelah makan. Kayu Secang diganti setelah air seduhan mulai memudar. Lakukan sampai sembuh.

Ramuan TBC 4

Bahannya :
- 5 gr biji Pranajiwa
- 5 gr daun Legundi muda
- 15 gr akar daun Pegagan/daun kaki Kuda   
- 15 gr daun Waru yang telah dipotong kecil-kecil
- 20 gr Kencur yang telah diparut
- 25 gr Bidara Upas
- 1/2 liter air

Cara membuatnya :
Setelah semua bahan dicuci bersih, direbus dan biarkan airnya tinggal tersisa separuh. Biarkan hingga dingin lalu diminum. Lakukan pada waktu pagi, siang dan sore setelah makan. Semua bahan hanya untuk sekali minum. 

Sumber: http://www.ramuantradisional.com/2012/08/ramuan-tradisional-mengobati-tbc.html#ixzz29s4yR8PP


Posting Komentar

0 Komentar